Kamis, 25 Februari 2010

Muhammad dan Integritas Kepemimpinan

muhammad saw 2

Maulid Nabi Muhammad merupakan momentum terbaik untuk melihat kembal model kepemimpinan Nabi yang mampu membawa perubahan dan kejayaan ummat islam. Model kepemimpinan Nabi bias menjadi inspirasi dan motivasi ummat Islam untuk bangkit.

Kepemimpinan Nabi Muhammad di dasarkan pada idealitas moral, bukan pragmatism politik. Ada empat idealitas moral dalam konteks kepemimpinan Nabi yangmenjdi tolok ukur kepemipinan. Pertama, shiddik artinya orang yang menbenarkan kebenaran. Orang yang hidup benar dan terus menerus mensosialisasikan kebenaran sampai akhir hayatnya.

Kedua, amanah artinya sikap tanggung jawab. Yaitu pemimpin yang tiap kali mengucapkan janji selalu berusaha sekuat tenaga memenuhinya. Ia akan total memperjuangkan sampai akhir hayatnya. Ia tidak mempunyai cacat dalam masalah keuangan sedikitpun.

Ketiga, tabligh artinya pemimpin yang bias memberikan kesejukan, ktenangan, dan ketentraman lewt ucapan-ucapan atau pernyataan-pernyataannya. Ia tidak suka memberikan pernyataan yang controversial, provokatif, dan demonstrative. Ia ampu berbicara dengan semua level masyarakat sesuai kemampuan masing-masing.

Keempat, fathanah artinya pemimpi yang mempunyai visi misi jauh ke depan. Ia mampu membuat perencanaan 5-10 tahun kedepan. Ia mampu membuat strategi, merencanakan dan menentukan skala prioritas. Ia terampil membaca.\, mengali, dan menyinergikan potensi bawahannya.empat pijakan moral ini menjadi sebuah keniscayaan bagi kepemimpinan yang kapabel dan accountable.

Pemimpin Dicintai

Nabi Muhammad adalh sosok pemimpin yang dicintai karena loyalitas dan komitmennya pada pengembangan dan potensi umat. Menurut Ary Ginanjar, ada lima tangga kepemimpinan yang di contohkan Nabi Muhammad. Pertama, berlatihlah menjadi pemimpin yang dicintai dan dipercaya, yaitu pemimpin yang mampu berhubungan baik dengan orang lain. Pemimpin tidak hanya menunjukkan potensi kerjanya saja, tetapi mampu dicintai dan dicintai orang lain.

Kedua, menjadi seorang pemimpin juga harus memiliki integritas tinggi, yaitu orang yang penuh dengan kebeanian serta berusaha tanpa kenal lelah, putus asa untuk dapat mencapai apa yang di cita-citakan. Cita-cita yang dimilikinya mampu mendorongnya untuk tetap konsisten dengan langkahnya.

Ketika anda mencapai tingkat ini, orang lain akan melihat bagaimana aspek mulkiyah yaitu komitmen anda sehingga orang kemudian akan menilai dan memutuskan mengikuti atau tidak mengikuti anda. Integritas akan membuat dipercaya dan kepercayaan ini akan menciptakan pengikut. Dan kemudian tercipta sebuah kelompok yang memiliki kesamaan tujuan.

Ketiga, pemimpin harus bias memberikan motivasi dan kekuatan pada orang lain. Seorang pemimpin bias dikatakan gagal apabila tidak berhasil memiliki penerus. Pada tangga inilah puncakloyalitas pengikutnya akan terbentuk. Langkah ini akan menciptakan loyalitas, kader-kader penerus, sekaligus kesetiaan dari para pengikutnya.

Keempat, pemimpin juga harus berhasil memimpin dirinya sendiri. Sebelum memimpim keluar, ia harus lebih dulu memimpin kedalam. Inilah pekerjaan yang paling berat. Memimpin diri sendiri melawan hawa nafsu adalah refleksi kedisiplinan diri.

Kelima, pemimpin adalah orang yang selalu mengarahkan kepada kebenaran, kebaikan, kemajuan, dan keberhasilan sehingga sesuai dengan hati nurani manusia. Metode ilmiah ini adalah metode terbik yang pernah ada di muka bumi, khususnya di bidang kepemimpinan dan akhlak. Semua terasa begitu sesuai dengan suara hati, begitu cocok dengan martabat manusia, sangat menjunjung tinggi hati dan pikiran manusia, sekaligus membersihkan belenggu yang senantiasa membuat orang menjadi buta. Inilah pemimpin abadi yang tidak pernah mati sepanjang masa dihati para pengikutnya.

Anti-KKN

Salah satu pemimpin yang meneladani Nabi adalah bersih dari KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme). Menghilangkan aroma KKN dalam semua level menjadi tugas berat seorang pemimpin. Apalagi di era sekarang, dimana rata-rata pemimpin lahir dari rahim kapitalisme. Sudah menjadi fenomena umum, setiap kali ada momentum pemilihan pejabat, mulai dari level desa, kabupaten, wali kota, gubernur, legislative dan presidan, aroma money politics menguat tajam. Tanpa uang mustahil rakyat memilihnya.

Kebiasaan ini menjadikan psikologi rakyat menjadi pragmatis. Mereka tidak akan menggunakan hak politiknya kalu tidak ada calon yang memberikan uang. Bagi mereka, uang yang di berikan ibarat “hadiah”, “sedekah” atau “kompensasi” dari aktivitas bekerja yang ditinggalkannya.

Namun akibat tradisi ini, banyak orang yang jujur, bersih dari KKN, dan mempunyai komitmen tinggi memperjuangkan aspirasi rakyat tidak terpilih. Di sisi lain, banyak orang yang moralitas dan dedikasi sosialnya jelek dipilih rakyat karena ia mampu memberikan “kompensasi” yang tinggi.

Tradisi yang negative ini ironisnya dikatakan wajar oleh banyak pihak. Praktek ini dianggap seperti hukum tradisi yang turn-temurun. Orang yang menentangnya akan di musuhi rakyat, calon, dan tim suksesnya. Ironis memang realitas ini. Hukum seperti tidak mampu menjamahnya, walaupun ia mencederai esensi demokrasi yang menekankan keterbukaan, akuntabilitas, bersih dari aroma politik uang, dan selalu menjaga komitmen dan konsistensi dalam penegakkan hukum.

Pemimpin yang meneladani integritas kepemimpinan Nabi akan berusaha menang dalam pemilihan, tapi tetap menggunakan cara yang di perbolehkan dalam islam, bukan menghalalkan segala macam cara demi memenuhi ambisi politiknya.

Jamal Ma’mur Asmani

Centre for Pesantren and Democracy Studies,Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar




Fast, Reliable Web Hosting