A. Definisi dan cara kerja MAL
Seperti yang telah dijelaskan diatas, menyusui dapat menjadi alternatif pilihan untuk ber-KB setelah melahirkan. Metode ber-KB seperti ini sering disebut sebagai Metode Amenore Laktasi yang dari namanya kita tahu, bahwa metode kontrasepsi ini mengandalkan pemberian ASI. Metode ini dapat diandalkan sebagai kontrasepsi sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi, tetapi kapan ovulasi itu datang masih belum dapat ditentukan secara pasti.
Namun, kebanyakan seorang ibu yang menyusui tidak berovulasi selama 4-24 bulan sedangkan dengan ibu yang tidak menyusui, ovulasinya datang 1-2 bulan setelah melahirkan. Cara kerja metode ini, adalah dengan menunda terjadinya proses ovulasi, dimana pada masa laktasi hormon prolaktin mengurangi kadar LH yang bertugas untuk melangsungkan siklus haid. Prolaktin yang tinggi juga mempengaruhi ovarium yang menyebabkan ovarium menjadi kurang sensitif sehingga timbul inaktivitas ovarium. Walaupun aktivitas ovarium nantinya akan pulih kembali, tetapi dengan masih adanya proses menyusui maka prolaktin akan tetap tinggi dan menyebabkan fase luteal menjadi singkat dan fertilitas menurun.
Untuk menggunakan metode ini, pengeluaran ASI yang dipengaruhi hormon oksitosin haruslah lancar, yang menurut penelitian sebesar 75 % lancarnya pengeluaran ASI dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu itu sendiri. Maka dari itu, dukungan dari keluarga terutama suami sangat diperlukan untuk membuat suasana lingkungan disekitar ibu terasa lebih nyaman sehingga dengan kondisi tersebut, refleks oksitosin yang mempengaruhi pengeluaran ASI dapat bekerja dengan baik.
B. Syarat menggunakan MAL sebagai kontrasepsi
MAL dapat digunakan sebagai kontrasepsi apabila :
Berdasarkan konsensus Bellagio (1988) agar penggunaan kontrasepsi ini efektif haruslah :
Seperti yang telah dijelaskan diatas, menyusui dapat menjadi alternatif pilihan untuk ber-KB setelah melahirkan. Metode ber-KB seperti ini sering disebut sebagai Metode Amenore Laktasi yang dari namanya kita tahu, bahwa metode kontrasepsi ini mengandalkan pemberian ASI. Metode ini dapat diandalkan sebagai kontrasepsi sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi, tetapi kapan ovulasi itu datang masih belum dapat ditentukan secara pasti.
Namun, kebanyakan seorang ibu yang menyusui tidak berovulasi selama 4-24 bulan sedangkan dengan ibu yang tidak menyusui, ovulasinya datang 1-2 bulan setelah melahirkan. Cara kerja metode ini, adalah dengan menunda terjadinya proses ovulasi, dimana pada masa laktasi hormon prolaktin mengurangi kadar LH yang bertugas untuk melangsungkan siklus haid. Prolaktin yang tinggi juga mempengaruhi ovarium yang menyebabkan ovarium menjadi kurang sensitif sehingga timbul inaktivitas ovarium. Walaupun aktivitas ovarium nantinya akan pulih kembali, tetapi dengan masih adanya proses menyusui maka prolaktin akan tetap tinggi dan menyebabkan fase luteal menjadi singkat dan fertilitas menurun.
Untuk menggunakan metode ini, pengeluaran ASI yang dipengaruhi hormon oksitosin haruslah lancar, yang menurut penelitian sebesar 75 % lancarnya pengeluaran ASI dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu itu sendiri. Maka dari itu, dukungan dari keluarga terutama suami sangat diperlukan untuk membuat suasana lingkungan disekitar ibu terasa lebih nyaman sehingga dengan kondisi tersebut, refleks oksitosin yang mempengaruhi pengeluaran ASI dapat bekerja dengan baik.
B. Syarat menggunakan MAL sebagai kontrasepsi
MAL dapat digunakan sebagai kontrasepsi apabila :
- Belum mengalami haid sejak melahirkan.
- Menyusui secara penuh ( full breast feading ), tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan selain dari ASI.
- Umur bayi kurang dari 6 bulan, karena pada bayi yang telah mencapai usia tersebut membutuhkan nutrisi tambahan selain dari ASI, sehingga nantinya bayi akan menghisap kurang sering dan metode ini tidak lagi efektif.
Berdasarkan konsensus Bellagio (1988) agar penggunaan kontrasepsi ini efektif haruslah :
- Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk air pada upacara agama).
- Perdarahan sebelum 56 hari pascapersalinan belum dianggap haid.
- Bayi menghisap secara langsung.
- Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
- Kolostrum diberikan pada bayi.
- Pola menyusui on demand dan dari kedua payudara.
- Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.
- Menghindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.
Tags:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar